KOMPAS.com — Jumlah penduduk Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa per tahun dalam kurun sepuluh tahun ini dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) mencapai 1,49 persen per tahun seiring tingginya pasangan usia subur (PUS).
"Ledakan penduduk ini harus ditekan dan dikendalikan dengan menyukseskan program Keluarga Berencana (KB)," ujar Deputi Keluarga Sejahtera pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pranyoto di sela-sela acara Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Muntok, Rabu (13/7/2011).
Menurut dia, pemerintah terus berupaya menghambat laju pertumbuhan penduduk menjadi satu persen setiap tahunnya dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan sehingga tidak terjadi ledakan penduduk yang dikhawatirkan memicu lahirnya generasi miskin.
Jumlah penduduk Indonesia pada 2010 mencpai 237,6 juta jiwa atau melebihi proyeksi nasional. Jika setiap tahunnya bertambah 3,5 juta jiwa, maka jumlah penduduk pada 2011 bisa mencapai 241 juta jiwa lebih.
Ia menjelaskan, sepuluh tahun lalu, laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,4 persen. Namun, laju pertumbuhan sekarang naik lagi menjadi 1,49 persen dan pemerintah bertekad terus menurunkannya secara bertahap.
"Setidaknya bisa menghambat laju pertumbuhan penduduk menjadi satu persen setiap tahunnya sehingga dibutuhkan komitmen dan kerja sama lintas sektoral dalam menyukseskan program KB," ujarnya.
Menurut dia, setelah masuk era reformasi, terjadi penurunan komitmen dalam menjalankan program KB sehingga jumlah penduduk naik melebihi yang diproyeksikan.
"Namun dengan terus melajunya jumlah penduduk, semua jadi sadar dan menyatakan komitmen untuk menekan jumlah penduduk sehingga laju pertumbuhan penduduk bisa dikendalikan," ujarnya.
Disinggung laju pertumbuhan penduduk di Banga Belitung (Babel), ia mengatakan bahwa pertumbuhannya sangat tinggi karena dipicu derasnya arus pendatang yang mencari kerja di sektor pertambangan timah.
"Laju pertumbuhan penduduk di Babel bukan disebabkan tingginya angka kelahiran, melainkan karena banyaknya pendatang yang mengadu nasib di daerah ini, mengingat perekonomian di Babel masih relatif bagus," ujarnya.
Ia mengemukakan, Babel berada di peringkat kesembilan pencapaian program KB dan hanya satu yang harus ditingkatkan, yaitu pemakaian alat kontrasepsi jenis kondom yang dinilai masih rendah.
"Justru itu, pelaksanaan program KB harus terus digencarkan, terutama mengajak pasangan usia subur mengikuti program KB karena banyak anak berarti rentan menjadi keluarga miskin," ujarnya.
Selain itu, diperlukan langkah konkret untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kualitas penduduk melalui berbagai program dengan desain induk pembangunan kependudukan dan revitalisasi program KB nasional.
0 komentar:
Posting Komentar